Heriyus M Yoseph Dampingi Ketum Sinode GKE se-Kalimantan dan Rombongan Berkunjung ke Dirung Kulup, Kelurahan Saripoi, Kecamatan Tanah Siang
Sekaligus Mempelajari Sejarah Masuknya Ajaran Agama Kristen Protestan ke Murung Raya
Puruk Cahu, forumhukum.id – Kepala Perwakilan Wilayah Sinode Gereja Kalimantan Evangelis ( GKE ) di Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, Heriyus M. Yosep, SE bersama rombongan lainya berkesempatan mendampingi Ketua Umum Sinode Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Pdt. Dr. Simpon F. Lion, M.Th bersama Sekretaris Umum GKE Pdt. Satria, S.Th, MAP , berkunjung ke Desa Dirung Kulup di Kelurahan Saripoi, Kecamatan Tanah Siang pada Rabu (16/11) kemarin.
Tujuannya kesana bukan untuk rekreasi, melainkan untuk mempelajari sejarah awal masuknya penyebaran ajaran Agama Kristen Protestan di zaman Kolonial Belanda sekitar pada Abad ke-16 hingga 18.
Tidak perlu begitu lama memakan waktu, rombongan yang dipimpin Heriyus akhirnya tiba tiba di Desa Dirung Kulup. Karena jaraknya hanya berkisar 30 kilometer dari Ibukota Murung Raya.
Heriyus yang juga Ketua Komisi II DPRD Murung Raya mengakui, sesampainya di Desa Dirung Kulup ditemukan adanya fakta peninggalan sejarah yang konon katanya berupa sebuah meja peninggalan kolonial Belanda dengan konstruksi kayu lapis yang tebal dan saat ini masih tampak terawat dengan baik.
Meja itu k ini diyakini sebagai bukti nyata atau fakta peninggalan Kolonial Belanda dalam organisasi penyebaran ajaran Agama Kristen Protestan ( Zending ) yang dulu sebut wilayah Kewedanaan Sektor Barito Hulu (Saat ini Kabupaten Murung Raya).
“Mengutip cerita dari tokoh masyarakat setempat, meja tersebut merupakan satu-satunya barang peninggalan masa kolonial belanda yang masih tersisa ,di antara bangunan atau barang lainya yang sudah musnah, lapuk dimakan usia,” kata Heriyus di Puruk Cahu, Sabtu (19/11).
Selain membawa ajaran Kristen Protestan, para Zending juga mengajarkan masyarakat setempat untuk bercocok tanam dan baca tulis di Desa Dirung Kulup.
Diceritakan tokoh masyarakat, kata Heriyus, pihak Kolonialisme Belanda di masa itu sempat mendirikan bangunan sekolah dan tempat ibadah di Desa Dirung Kulup. Namun semua bangunan itu kini telah musnah termakan waktu sehingga tidak ada meninggalkan jejaknya.
Namun demikian, ada terdapat fakta lain yang juga merupakan peninggalan masa kolonialisme Belanda di masa pendudukannya di Desa Dirung Kulup yakni sebuah prasasti berupa lempengan batu berukiran tulisan dan gambar yang dibuat orang-orang di masa kolonialisme belanda saat itu.
“Prasasti tersebut diberikan nama Batu Antik Lada. Konon nama tersebut diambil dari tokoh atau tetua Kampung Desa Dirung Kulup di masa silam. Hingga kini situs Prasasti Batu Antik Lada tersebut masih terpelihara dengan baik oleh warga masyarakat Desa Dirung Kulup,” beber Heri.
Sebagaimana catatan sejarah dari berbagai sumber menyebutkan sejak abad ke 16 silam masa penjajahan kolonialisme belanda penyebaran ajaran agama Kristen semakin menguat hampir di seluruh pelosok Nusantara. Hal ini disebabkan karena kedatangan bangsa barat yang datang untuk menduduki bumi nusantara.
“Mereka menganut agama Kristen dan membuat banyak pribumi yang masuk agama Kristen seperti bangsa Portugis membawa agama Kristen Katolik yang disebarkan melalui para Misionaris sedangkan kolonial Belanda membawa ajaran agama Kristen Protestan yang juga disebarkan melalui pengabaran injil (Zending),” ujar Heri.
“Penyebaran Agama Kristen terus meningkat dengan pesatnya bahkan mampu menjangkau daerah-daerah hingga pelosok pribumi yang terletak sangat jauh di beberapa pedalaman sehingga agama Kristen dianut hampir semua penduduk pedalaman,” terang Kepala Perwakilan Resort Puruk Cahu ,Heriyus SE dengan cukup rinci.
Berdasarkan sejarah yang pernah dibaca, ungkap Heri, munculnya Zending bermula dari segolongan orang di Eropa Barat yang mengutamakan hidup dengan kesalehan, kerendahan hati atau kesederhanaan, beribadah dan mempelajari kitab suci.
“Pada abad 18 atau di pertengahan tahun 1859 pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah Zending dengan mengemban misi (penyelenggaraan) bertujuan untuk mengabarkan berita keselamatan yang ada tersurat didalam Kitab Injil melalui ajaran agama Kristen Protestan,” terang Ketua Perwakilan Sinode Resort Puruk Cahu Periode 2022-2027, Heriyus Midel Yoseph, SE seraya menutup bincangnya dengan media forumhukum.id. (Alb-01/FH-88)